Kudus — Dalam semangat kebersamaan dan kepedulian sosial, DPC Lindu Aji Kabupaten Kudus akan menggelar perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-9 pada Minggu, 2 November 2025, di Balai Jagong Kudus.
Acara ini menjadi momentum penting untuk memperkuat solidaritas, semangat gotong royong, serta pengabdian kepada masyarakat dengan mengusung tema besar “Satrio Piningit.”
Ketua DPC Lindu Aji Kudus, Suhadi, menegaskan bahwa peringatan ini bukan sekadar seremoni, tetapi wujud nyata dari filosofi hidup bermakna dan bermanfaat bagi sesama.
“Hidup ini cuma sekali, jadi harus berarti. Lindu Aji bukan hadir karena ingin dilihat kuat, tapi karena ingin bermanfaat. Kekuatan sejati itu lahir dari kerendahan hati dan kepedulian,” ujar Suhadi kepada wartawan, Jumat (31/10).
Berbagi Soto dan Ratusan Doorprize untuk Masyarakat
Perayaan HUT ke-9 ini akan dikemas dalam kegiatan Senam Sehat Bersama, pembagian 1.000 porsi soto gratis, serta ratusan doorprize menarik bagi masyarakat yang hadir.
Selain puluhan hadiah utama, panitia juga menyiapkan beragam hadiah hiburan — mulai dari peralatan rumah tangga hingga merchandise eksklusif — sebagai bentuk apresiasi bagi partisipasi warga.
Menurut Suhadi, kegiatan sederhana namun bermakna ini adalah simbol kebersamaan, kesetaraan, dan rasa guyub antara anggota Lindu Aji dan masyarakat.
“Senam dan makan soto bareng itu bentuk keakraban. Kami ingin masyarakat merasa dekat, karena Lindu Aji adalah bagian dari mereka,” tambahnya.
Makna Logo dan Tema
Dalam momentum HUT ke-9 ini, logo yang digunakan menggambarkan sosok kesatria yang berkuda, melambangkan kesiapan, keteguhan, dan keikhlasan dalam mengabdi.
Kuda melambangkan kekuatan yang terarah, sedangkan posisi sang kesatria menunjukkan pengendalian diri — kuat namun tetap beradab, tangguh namun tetap rendah hati.
“Kesatria sejati itu tidak banyak bicara, tapi banyak berbuat. Ia berjuang dengan tenang, melindungi tanpa pamrih, dan hadir saat dibutuhkan,” jelas Suhadi.
Sementara tema “Satrio Piningit” dimaknai sebagai simbol kepemimpinan yang bersumber dari ketulusan.
Ia menggambarkan sosok yang bekerja dalam senyap, berbuat untuk kebaikan, dan menjadi pelindung bagi masyarakat tanpa haus pengakuan.
Lindu Aji Kudus: Dari Masyarakat, untuk Masyarakat
Selama sembilan tahun kiprahnya, Lindu Aji Kudus telah tumbuh menjadi organisasi yang dekat dengan masyarakat dan dikenal aktif dalam kegiatan sosial, pengamanan lingkungan, serta respon cepat terhadap bencana dan kemanusiaan.
Dengan semangat gotong royong dan jiwa korsa yang kuat, Lindu Aji terus berupaya menjadi penopang keamanan sosial dan pelindung masyarakat kecil di tengah berbagai tantangan zaman.
“Kami tidak ingin jauh dari rakyat. Karena dari rakyatlah Lindu Aji lahir, dan untuk rakyat pula kami mengabdi,” tegas Suhadi.
Menatap Masa Depan dengan Semangat Kebersamaan
Menutup pesannya, Suhadi mengajak seluruh anggota untuk tetap bersatu, menjaga nama baik organisasi, dan terus menebar manfaat bagi sesama.
Ia berharap semangat kebersamaan yang telah dibangun selama ini menjadi fondasi kuat bagi langkah Lindu Aji di masa depan.
“Kita tidak perlu menjadi besar untuk berbuat baik. Justru dari langkah-langkah kecil yang tulus, kebesaran itu lahir. Karena hidup sekali, maka harus berarti,” pungkasnya.
“Urip Iku Urup”
“Hidup Sekali Harus Berarti”
Hidup harus menyala dan memberi arti, hidup adalah anugerah sekali seumur hidup; maka jangan disia-siakan dengan hal yang tidak berguna. Setiap detik menjadi kesempatan untuk menorehkan makna — Dengan semangat pengabdian, loyalitas, dan keberanian berbuat untuk rakyat dan negeri, sesuai jati diri anggotanya: tegas, peduli, dan berjiwa sosial - Lindu Aji Kudus akan terus berdiri bersama rakyat, bekerja dengan hati, dan berbakti untuk negeri.
(Yanto/xxx)
Red-Spyd
